Senin, 06 Oktober 2014

Penjual Cobek Cilik








Pinggir jalan yang diteduhi beberapa pohon adalah tempat favorit mereka untuk berteduh dari panasnya sinar matahari. Mereka memikul muatan yang beratnya bisa lebih dari 10kg dan menjajalkannya kepada orang-orang yang lewat sejauh berkilo-kilo meter. Mereka terpaksa melakukan itu untuk menyambung hidup dan membantu orangtua. Rata-rata umur mereka 8 tahun sampai 12 tahun bahkan ada yang masih berumur 7 tahun. Tentu yang paling muda paling sedikit membawa muatannya. Tetap saja muatan itu tetap terasa berat mengingat satu barang tersebut barangnya bisa mencapai 2-3 kilogram. Mereka itu adalah penjual cobek cilik.
Mereka sudah tidak sekolah lagi karena alasan biaya sekolah yang mahal. Bahkan sebagian dari mereka tidak pernah merasakan bagaimana rasanya sekolah. Masa kanak-kanak mereka direnggut oleh keadaan. Seharusnya usia mereka disibukkan dengan sekolah dan bermain, tetapi mereka diharuskan menjual cobek karena tuntutan ekonomi.
Kadang mereka suka iri melihat anak-anak seusia mereka pergi sekolah atau memiliki mainan yang bagus. Toko mainan adalah tempat idaman mereka untuk mereka kunjungi. Berharap suatu hari mereka bisa masuk ke dalam toko mainan dan membeli salah satu mainan yang ada di toko tersebut.
Cobek yang mereka jual harganya  berkisar antara Rp. 15.000-Rp. 20.000. Setiap hari mereka membawa 8-10 cobek. Tidak setiap hari cobek mereka laku terjual. Seminggu hanya laku 3 cobek saja setiap penjual.  Saat siang hari mereka akan berteduh dibawah pohon dan membuka bekal yang telah dibawa dari rumah untuk dimakan. Ada nasi dan sepotong tempe pun sudah nikmat bagi mereka untuk dimakan.
Mereka tidak tahu saat dewasa kelak ingin menjadi apa. Dipikiran mereka hanya bagaimana mereka bisa mendapatkan uang yang banyak dengan cara yang halal agar bisa membantu orangtua dan bisa sekolah.  Setiap malam mereka belajar mengaji di mushola dekat rumah dan jika ada waktu bermain, mereka akan bermain bola kaki di lapangan dekat rumah. Tentunya bermain dengan sesama penjual cobek cilik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar