Senin, 27 Oktober 2014

Tipu Daya Pengemis










Hidup semakin hari semakin sulit. Apalagi jika hidup di perkotaan. Orang yang telah lulus menjadi sarjana saja sulit untuk mendapatkan pekerjaan apalagi yang memiliki pendidikan rendah. Banyak pendatang dari desa datang ke kota-kota besar dengan harapan untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Mereka pikir peluang untuk mendapatkan pekerjaan di kota sangat besar. Padahal kenyataannya sangat sulit mendapatkannya. Orang yang dibutuhkan tidak hanya memiliki pendidikan yang tinggi namun ia juga harus memiliki keterampilan.

Tidak heran kasus kriminalitas di daerah perkotaan sangatlah tinggi. Biasanya orang yang melakukan kriminalitas berasal dari pendatang yang tak memiliki pekerjaan bahkan sebagian dari mereka memilih berprofesi menjadi pengemis. Tidak heran jika banyak masyarakat kita yang tergiur dengan profesi tersebut. Cukup bermodalkan pakaian lusuh, menadangkan tangan, dan memasang wajah kasihan, mereka sudah bisa meraup rupiah sangat banyak.

Biasanya mereka mengemis di tempat yang ramai seperti di stasiun, rumah ibadah yang banyak dikunjungi, saat jalannan sedang macet, dan berkeliling dari satu toko ke took yang lain. Jangan kaget mendengar kalau mereka bisa mendapatkan ratusan ribu dalam sehari. Jika dikumpulkan selama sebulan saja mampu untuk membeli motor.

Saya sangat setuju ketika saya melihat berita di teve tentang SatPol PP menangkap para pengemis. Sudah seharusnya mereka dibimbing agar tidak melakukan itu. Menurut saya MENGEMIS = MALAS..! Saya telah melihat beberapa kali peristiwa yang menunjukkan dibalik badan mereka yang terlihat lemah dan wajah melas mereka itu hanya pura-pura alias ACTING!

Saya ingat sekali waktu saya kelas 6 SD, saya suka melihat seorang nenek yang cukup sering saya lihat karena ia beberapa kali mengemis di depan pintu gerbang sekolah. Awalnya saya merasa iba melihat nenek itu karena sudah tua jadi mana mungkin ada pekerjaan yang mau menawarkan pekerjaan kepada orang lansia. Saya dan orang-orang yang telah memberikannya uang sudah tertipu dengan gelagatnya. Ketika ia menghampiri orang-orang untuk meminta belas kasihan, jalannya sungguh pelan seperti orang yang belum makan seharian. Namun suatu hari setelah ia mengemis di sekolah, ia lalu pergi. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, saya melihat nenek itu berjalan dengan gagah dan cepat. Jelas berbanding terbalik dengan cara ia berjalan di sekolah saya dulu.

Saya memang pernah memberi uang kepada nenek itu. Memang sedikit hanya Rp.500 namun bayangkan dari 500 perak itu jika dikumpulkan dengan hasil mengemis dari pagi sampai sore bukankah bisa mencapai 100ribu? Apalagi saya melihat cukup banyak orang yang memberi uang kepada nenek itu. Rata-rata mereka memberi uang seribu rupiah.

Baru-baru ini saya melihat dengan jelas cara mengemis dengan mempergunakan anak kecil seperti yang saya lihat di sinetron-sinetron. Waktu itu saya keluar untuk membeli pempek sekitar jam 8. Memang di tempat saya beli pempek,  banyak ruko yang bejejeran. Hal ini dimanfaatkan oleh pengamen dan pengemis untuk mendapatkan uang. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki dengan seorang anak kecil berkerudung merah jambu yang menggenggam gelas plastik bekas. Sepertinya lelaki itu adalah ayahnya. Ia menyuruh anaknya untuk meminta uang dari satu ruko ke ruko yang lain sedangkan ayahnya mengawasi dan menunggu di pinggir jalan. Sangat terlihat sekali dari wajah anak itu yang menggambarkan bahwa ia dipaksa meminta-minta oleh ayahnya karena saat itu juga saya melihat wajah ayahnya yang ekspresinya menggambarkan seperti “Terus minta-minta lagi biar dapat uang banyak”.

Saat mereka pergi, saya melihat ayahnya memiliki kondisi yang kurang. Saat berjalan, kaki ayahnya yang sebelah kanan tidak menapak seluruhnya sehingga jalannya pincang. Namun bukan berarti dengan kondisi tersebut ia malas untuk mencari nafkah bukan malah menyuruh anaknya mengemis. Lelaki itu masih terlihat sehat walaupun memiliki kekurangan intinya ia masih bisa berjalan, punya dua tangan, dan dua mata yang masih bisa digunakan untuk mencari nafkah yang pasti bukan dengan cara mengemis.

Contoh satu bukti orang yang memiliki keterbatasan namun bisa mencari uang dengan halal. Waktu itu saya melihat tayangan realty show “MINTA TOLONG” (sekarang sudah tidak tayang lagi ). Ada seorang penjual koran di pinggir jalan raya. Dia telah membantu seorang anak kecil ( bagian dari tim MINTA TOLONG ) dengan memberikannya uang dan anak itu menukarnya dengan barang yang ia bawa. Karena kemurahan hatinya, ia mendapatkan uang yang nilainya kurang lebih Rp.3 juta dari tim  MINTA TOLONG. Disitulah ia menceritakan profilnya. Ia tidak punya dua kaki. Jadi kalau ia bergerak menggunakan kedua tangannya. Ia tidak mau menjadi pengemis karena ia berpikir masih bisa bekerja walaupun tak punya kaki.

Itulah mengapa saya sudah tidak pernah mau lagi memberikan uang kepada pengemis. Pengemis itu sama dengan pemalas. Rata-rata yang menjadi pengemis adalah orang normal, segar, dan masih sehat. Saya sarankan untuk anda semua jangan pernah beramal kepada pengemis. Hal itu bisa membuat mereka malas bekerja. Sumbanglah uang anda ke panti asuhan atau ke kotak amal supaya uang yang anda sumbangkan tidak disalahgunakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar