Hidup semakin hari semakin sulit.
Apalagi jika hidup di perkotaan. Orang yang telah lulus menjadi sarjana saja
sulit untuk mendapatkan pekerjaan apalagi yang memiliki pendidikan rendah. Banyak
pendatang dari desa datang ke kota-kota besar dengan harapan untuk bisa
mendapatkan pekerjaan. Mereka pikir peluang untuk mendapatkan pekerjaan di kota
sangat besar. Padahal kenyataannya sangat sulit mendapatkannya. Orang yang
dibutuhkan tidak hanya memiliki pendidikan yang tinggi namun ia juga harus
memiliki keterampilan.
Tidak heran kasus kriminalitas di
daerah perkotaan sangatlah tinggi. Biasanya orang yang melakukan kriminalitas
berasal dari pendatang yang tak memiliki pekerjaan bahkan sebagian dari mereka
memilih berprofesi menjadi pengemis. Tidak heran jika banyak masyarakat kita
yang tergiur dengan profesi tersebut. Cukup bermodalkan pakaian lusuh,
menadangkan tangan, dan memasang wajah kasihan, mereka sudah bisa meraup rupiah
sangat banyak.
Biasanya mereka mengemis di
tempat yang ramai seperti di stasiun, rumah ibadah yang banyak dikunjungi, saat
jalannan sedang macet, dan berkeliling dari satu toko ke took yang lain. Jangan
kaget mendengar kalau mereka bisa mendapatkan ratusan ribu dalam sehari. Jika dikumpulkan
selama sebulan saja mampu untuk membeli motor.
Saya sangat setuju ketika saya
melihat berita di teve tentang SatPol PP menangkap para pengemis. Sudah
seharusnya mereka dibimbing agar tidak melakukan itu. Menurut saya MENGEMIS =
MALAS..! Saya telah melihat beberapa kali peristiwa yang menunjukkan dibalik
badan mereka yang terlihat lemah dan wajah melas mereka itu hanya pura-pura
alias ACTING!
Saya ingat sekali waktu saya
kelas 6 SD, saya suka melihat seorang nenek yang cukup sering saya lihat karena
ia beberapa kali mengemis di depan pintu gerbang sekolah. Awalnya saya merasa
iba melihat nenek itu karena sudah tua jadi mana mungkin ada pekerjaan yang mau
menawarkan pekerjaan kepada orang lansia. Saya dan orang-orang yang telah
memberikannya uang sudah tertipu dengan gelagatnya. Ketika ia menghampiri
orang-orang untuk meminta belas kasihan, jalannya sungguh pelan seperti orang
yang belum makan seharian. Namun suatu hari setelah ia mengemis di sekolah, ia
lalu pergi. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, saya melihat nenek itu berjalan
dengan gagah dan cepat. Jelas berbanding terbalik dengan cara ia berjalan di
sekolah saya dulu.
Saya memang pernah memberi uang
kepada nenek itu. Memang sedikit hanya Rp.500 namun bayangkan dari 500 perak
itu jika dikumpulkan dengan hasil mengemis dari pagi sampai sore bukankah bisa
mencapai 100ribu? Apalagi saya melihat cukup banyak orang yang memberi uang
kepada nenek itu. Rata-rata mereka memberi uang seribu rupiah.
Baru-baru ini saya melihat dengan
jelas cara mengemis dengan mempergunakan anak kecil seperti yang saya lihat di
sinetron-sinetron. Waktu itu saya keluar untuk membeli pempek sekitar jam 8.
Memang di tempat saya beli pempek,
banyak ruko yang bejejeran. Hal ini dimanfaatkan oleh pengamen dan
pengemis untuk mendapatkan uang. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki dengan
seorang anak kecil berkerudung merah jambu yang menggenggam gelas plastik
bekas. Sepertinya lelaki itu adalah ayahnya. Ia menyuruh anaknya untuk meminta
uang dari satu ruko ke ruko yang lain sedangkan ayahnya mengawasi dan menunggu
di pinggir jalan. Sangat terlihat sekali dari wajah anak itu yang menggambarkan
bahwa ia dipaksa meminta-minta oleh ayahnya karena saat itu juga saya melihat
wajah ayahnya yang ekspresinya menggambarkan seperti “Terus minta-minta lagi
biar dapat uang banyak”.
Saat mereka pergi, saya melihat
ayahnya memiliki kondisi yang kurang. Saat berjalan, kaki ayahnya yang sebelah
kanan tidak menapak seluruhnya sehingga jalannya pincang. Namun bukan berarti
dengan kondisi tersebut ia malas untuk mencari nafkah bukan malah menyuruh
anaknya mengemis. Lelaki itu masih terlihat sehat walaupun memiliki kekurangan
intinya ia masih bisa berjalan, punya dua tangan, dan dua mata yang masih bisa
digunakan untuk mencari nafkah yang pasti bukan dengan cara mengemis.
Contoh satu bukti orang yang memiliki
keterbatasan namun bisa mencari uang dengan halal. Waktu itu saya melihat tayangan
realty show “MINTA TOLONG” (sekarang sudah tidak tayang lagi ). Ada seorang
penjual koran di pinggir jalan raya. Dia telah membantu seorang anak kecil (
bagian dari tim MINTA TOLONG ) dengan memberikannya uang dan anak itu
menukarnya dengan barang yang ia bawa. Karena kemurahan hatinya, ia mendapatkan
uang yang nilainya kurang lebih Rp.3 juta dari tim MINTA TOLONG. Disitulah ia menceritakan
profilnya. Ia tidak punya dua kaki. Jadi kalau ia bergerak menggunakan kedua
tangannya. Ia tidak mau menjadi pengemis karena ia berpikir masih bisa bekerja
walaupun tak punya kaki.
Itulah mengapa saya sudah tidak
pernah mau lagi memberikan uang kepada pengemis. Pengemis itu sama dengan
pemalas. Rata-rata yang menjadi pengemis adalah orang normal, segar, dan masih
sehat. Saya sarankan untuk anda semua jangan pernah beramal kepada pengemis. Hal
itu bisa membuat mereka malas bekerja. Sumbanglah uang anda ke panti asuhan
atau ke kotak amal supaya uang yang anda sumbangkan tidak disalahgunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar